Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023
Dipublikasikan pada 23 Mei 2024
Oleh: Prof Tjandra Yoga Aditama, Senior Disease Control Advisor, Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP)
Dunia menghadapi berbagai masalah kesehatan yang memerlukan penangannan yang comprehensive. Salah satu program kesehatan masarakat yang amat penting yang harus dilakukan adalah pendekatan One health, yaitu pendekatan kolaboratif dalam pelayanan kesehatan manusia, hewan, tanaman dan lingkungan yang dilaksanakan secara terpadu lintas sektor dan tentu juga bersama masyarakat.
Dalam dua tahun terakhir ini Indonesia memegang posisi penting dalam kancah internasional, dan pada kesempatan itu maka Indonesia selalu mengangkat pentingnya peran pendekatan One Health. Pada saat Indonesia di tahun 2022 yang lalu menjadi Presidensi G20 maka telah dihasilkan The Lombok G20 One Health Policy Brief yang mencakup tujuh area, mulai dari Awareness and Advocation, Pandemic Prevention, Preparedness, and Response (PPR), Governance (multi-sector), Finance, Implementation, Sharing experiences and capacity building as well as Monitoring and Evaluation. Kemudian, pada saat memegang Keketuaan ASEAN di tahun 2023 ini maka pada 10 Mei 2023 di KTT ASEAN ke 42 di Labuan Bajo telah diadopsi “ASEAN Leaders Declaration on One Health Initiative”. Dalam deklarasi ini secara tegas disebutkan perlunya dibentuk jaringan kerja One Health yang jelas (“ASEAN One Health Network”), juga digariskan perlunya analisa menyeluruh (“comprehensive analysis”) dari implementasi One Health selama ini dikawasan ASEAN, serta perlu dibentuk kerangka kerja yang jelas dalam bentuk “ASEAN One Health Joint Plan of Action”, yang sekarang sedang berproses
Dapat juga disampaikan disini bahwa Program Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) selalu berperan sentral dalam mendukung penyusunan G20 One Health policy brief pada 2022 serta ASEAN Leader declaration on One Health Initiative pada 2023, serta upaya implementasinya, dan diharapkan dukungan ini dapat terus berjalan di masa datang.
Dalam berbagai aspek One Health di atas maka selalu ditekankan pentingnya kesehatan lingkungan. Selain itu maka tentu kita tahu juga bahwa pentingnya pelestarian lingkungan sehat bukan saja berhubungan dengan konsep “One Health” diatas. Sejak tahun 1972 PBB sudah menetapkan adanya Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau “World Environment Day (WED)” yang diperingati setiap tanggal 5 Juni. Keputusan itu diambil pada Stockholm Conference on the Human Environment (5–16 June 1972) dan peringatan WED petrtama dilakukan pada tahun 1973, temanya ketika itu adalah “Only One Earth”. Mulai sejak tahun 1973 hingga tahun 2023 ini, sudah banyak tema yang diusung guna menyadarkan masyarakat tentang pelestarian dan permasalahan lingkungan hidup. Mengutip dari laman worldenvironmentday.global, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2023 sendiri akan berfokus pada solusi polusi plastik di bawah kampanye #BeatPlasticPollution.
Dunia memang sedang dibanjiri oleh plastik. Lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, setengahnya dirancang untuk digunakan hanya sekali. Dari jumlah itu, kurang dari 10 persen didaur ulang. Diperkirakan 19-23 juta ton berakhir di danau, sungai, dan laut. Saat ini, plastik yang terbuang itu menyumbat tempat pembuangan sampah kita, larut ke laut dan dibakar menjadi asap beracun, menjadikannya salah satu ancaman terbesar bagi planet ini. Tidak hanya itu, yang jarang diketahui adalah bahwa mikroplastik bisa masuk ke dalam makanan yang kita makan, air yang kita minum, dan bahkan udara yang kita hirup. Banyak produk plastik mengandung aditif berbahaya, yang dapat mengancam kesehatan kita
Kita ketahui bahwa berbagai perubahan lingkungan global akan mempengaruhi kesehatan manusia, seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, degradasi lahan, berkurangnya sumber daya air, perubahan fungsi ekosistem, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Perubahan iklim yang dalam arti luas dikenal dengan istilah “Climate Change” akan mempengaruhi perubahan cuaca regional/kawasan sampai dalam bentuk cuaca ekstrim, kenaikan temperatur, perubahan pola curah hujan, dan kenaikan muka air laut. Dalam terminologi perubahan iklim komponen ini dikenal dengan bahaya (“hazard”) perubahan iklim.
Dampak kesehatan yang timbul akibat perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Dampak langsung yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah berupa paparan langsung dari perubahan pola cuaca, baik berupa fluktuasi temperatur, curah hujan, kenaikan muka air laut, serta peningkatan frekuensi cuaca ekstrim. Sementara itu, dampak tidak langsung dapat melalui mekanisme tertentu. Misalnya perubahan iklim mempengaruhi faktor lingkungan seperti perubahan kualitas lingkungan termasuk kualitas air, udara, dan makanan serta perubahan pola hidup vektor penular penyakit. Secara umum disebutkan bahwa peningkatan temperatur 2 – 3 C akan meningkatkan jumlah penderita penyakit tular vektor sebesar 3 – 5%. Peningkatan temperatur juga akan memperluas distribusi vektor dan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan parasit menjadi lebih infektif. Sementara itu, perubahan curah hujan bersamaan dengan perubahan temperatur dan kelembaban dapat meningkatkan atau mengurangi kepadatan populasi vektor penyakit serta kontak manusia dengan vektor penyakit. Ekosistem rawa dan mangrove yang berubah juga dapat menyebabkan pola penyebaran vektor penyakit berubah. Dalam hal ini kembali kita lihat hubungan langsung antara keadaan lingkungan, hewan dan kesehatan manusia, seperti yang sudah di bahas di atas dalam konsep One Health.
Penipisan lapisan ozon di stratosfer dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit, sementara peningkatan temperatur akibat perubahan iklim dapat meningkatkan konsentrasi ozon permukaan yang merupakan salah satu pencemar udara utama yang dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Kehilangan keanekaragaman hayati dapat menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan. Penurunan sumber daya air menyebabkan akses yang terbatas terhadap air bersih dan sanitasi yang sehat dengan berbagai akibatnya. Dari sisi lain, perubahan iklim dapat menimbulkan penyakit/kematian akibat iklim ekstrim, longsor, banjir, badai dan bencana alam lainnya. Lebih jauh lagi dapat saja terjadi malnutrisi akibat terganggunya sumber makanan dan panen, yang lagi-lagi menunjukkan hubungan antara lingkungan, tanamnan pangan dan kesehatan manusia, sesuai konsep One Health.
Khusus tentang polusi udara, WHO menyampaikan bahwa 9 dari 10 orang didunia hidup di lingkungan yang kadar polusi udaranya melebihi ambang batas WHO. Juga disebutkan bahwa di dunia ada 4,2 juta kematian setiap tahun akibat polusi udara luar ruangan dan juga jutaan orang yang meninggal akibat polusi udara dalam ruangan.
Sebagai penutup maka marilah jadikan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2023 ini sebagai momentum untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup kita, demi kesehatan kita kini dan anak cucu di masa datang.