Vaksinasi untuk Warga di Daerah yang Sulit Dijangkau: Cerita dari Maros, Sulawesi Selatan
Dipublikasikan pada 26 April 2024
September 2022, Tim vaksinasi AIHSP dan IKM IKK FK UNHAS melewati sebuah jalan setapak yang terjal dan licin sehabis diguyur hujan semalam. Beberapa kerikil kecil terlempar oleh roda belakang sepeda motor yang dikendarai oleh relawan. Kira-kira demikianlah kondisi jalan menuju Kampung Baru, Dusun Bengo, Desa Limapoccoe, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros.
Sebuah tempat yang di keililingi dinding bukit batuan gamping atau yang biasa disebut juga dengan karst. Tempat dimana warga merawat kebun, mencari madu hutan, dan membuat gula merah. Untuk mencapai Kampung Baru, dibutuhkan setidaknya 2 jam berjalan kaki dari pusat kecamatan Cenrana.
Di Kampung Baru, ada lapangan sekolah yang menjadi titik kumpul warga. , perempuan 53 tahun, duduk bersandar dan tersenyum sembari mengusap-ngusap lengannya yang baru saja disuntikkan vaksin. “Lebih sakit itu kalau kaki kalau kena (terbentur) batu di kebun. Ini kayak digigit semut,” katanya.
Harianti menerima dosis vaksin COVID-19 keduanya. Dosis vaksin pertamanya di peroleh sekitar lima bulan sebelumnya. “Saya senang sekali. Nanti untuk dosis ke tiga, saya akan kembali ke Puskesmas,” lanjutnya.
Tiap pekan Harianti mengunjungi pasar Kecamatan. Di sana, ragam informasi bersliweran, mulai dari dampak vaksin yang baik hingga yang buruk. Namun, Harianti yang cukup bijak tidak lantas menelan bulat-bulat informasi tersebut.
“Tenaga kesehatan divaksin pertama kali, pasti mereka lebih tahu dari orang biasa,” katanya.
Relawan vaksinator, dr. Mulki, tersenyum melihat Harianti menceritakan pengalamannya. “Kalau vaksin berbahaya, tidak ada tenaga kesehatan yang mau divaksin. Karena sudah divaksin, kami datang ke tempat ibu. Dan kami baik-baik saja kan,” kata dr.Mulki.
Radiah Ardiani, relawan yang bertugas hari itu, ikut merasakan kebahagiaan itu. “Pegang boks vaksin dengan kuat di boncengan motor dengan medan yang sulit, memang sangat susah. Tapi itu akan terbayar kalau sudah bertemu warga,” katanya.
Pendekatan penjangkauan vaksin ke wilayah sulit inilah yang dilakukan oleh Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bersama Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga (IKM IKK) Universitas Hasanuddin dan Pemerintah Kabupaten Maros. Program ini menggerakkan relawan kesehatan untuk menjangkau kelompok rentan, termasuk lansia dan disabilitas.
Kebutuhan akses kesehatan di daerah sulit, menjadi hal mendasar, sebab jika ada warga yang terpapar, mereka akan kesulitan mengakses layanan pengobatan. Karena itulah mereka termasuk ke dalam kelompok rentan.
Irmawati, seorang relawan vaksinator yang ditemui di kesempatan yang sama turut menyatakan dukungan terhadap program Vaksinasi Last-Mile COVID-19 ini. “Mendatangi rumah warga ini sangat lah bagus. Di kampung juga, warga bertanya banyak hal mengenai kondisi kesehatannya hingga keluhan. Warga mungkin sejak lama juga memimpikan hal seperti ini,” katanya.
Di Kecamatan Cenrana, target vaksin adalah 12.459 dosis. Hingga saat ini, tercapai 10.778 dosis. Kepala Puskesmas Cenrana, Harun S.K.M., mengatakan kerja sama melalui program AIHSP dan IKM IKK Unhas dalam Vaksinasi Last-Mile COVID-19 ini membuka harapan besar dalam menjangkau target sasaran yang sulit dijangkau. “Petugas kesehatan yang mendatangi warga, ini konsep layanan kesehatan yang luar biasa,” katanya.
Di rumah salah satu warga kampung, puluhan warga duduk berdempetan. Harun memegang flipchart sembari menjelaskan bagaimana virus COVID-19 menyebar dan tentang pentingnya vaksin COVID-19. Berkali-kali ia menjawab pertanyaan sambil bercengkerama bersama warga.
Seorang warga menepuk-nepuk pundaknya ketika vaksin dosis pertama masuk ke tubuhnya. “Kalau tahu begini, dari dulu mi saya vaksin. Tidak ada sakitnya,” katanya. Harun menimpali dan mencoba merangkul pundaknya dari samping.
“Sekarang sudah tahu. Jangan percaya kalau ada orang bilang, katanya katanya itu. Kalau orang mati karena vaksin, saya pasti duluan, karena sudah empat kali vaksin mi saya,” katanya.
Akses yang lebih inklusif bagi masyarakat rentan yang tinggal di wilayah yang sulit dijangkau menjadi sangat penting. Upaya ini diharapkan dapat melindungi warga seperti Harianti dan warga lainnya dari tingkat keparahan gejala, kerugian yang dialami akibat kesakitan, hingga kematian.