Poster/Infografis Ayo Tangkal Omicron (Bali)
Dipublikasikan pada 29 April 2024
Omicron merupakan salah satu varian COVID-19. Penularan varian Omicron tiga kali lebih cepat daripada Delta, bahkan penyintas COVID-19 dan orang yang sudah divaksin dapat terinfeksi kembali dengan gejala yang lebih ringan. Gejala berat lebih rentan dialami oleh orang yang tidak divaksinasi, obesitas, berusia di atas 60 tahun, ibu hamil, dan pengidap penyakit ginjal, paru-paru, hipertensi, diabetes melitus, serebrovaskular, gangguan mental, demensia, imunosupresi, kanker, dan HIV/AIDS. Masyarakat perlu divaksin booster untuk meningkatkan efektivitas vaksin yang diterimanya. Mari sama-sama kita tangkal Omicron dengan disiplin protokol kesehatan 5M+V: Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Membatasi mobilitas, dan Menjaga sirkulasi udara (Ventilasi).
Khusus untuk kelompok lansia dan penyandang disabilitas, dianjurkan segera vaksinasi pertama, kedua, dan vaksinasi booster (apabila yang kedua sudah melewati tiga bulan). Sebelum menerima vaksinasi mereka perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi kesehatan mereka. Apabila timbul gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), disarankan untuk segera konsumsi obat dan hubungi dokter.
Meski penularan Omicron tiga kali lebih cepat dari Delta, orang yang tertular Omicron tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) atau hanya menimbulkan gejala ringan, seperti flu, batuk, dan demam. Sementara itu, Delta menimbulkan banyak gejala, seperti demam, batuk, sesak napas, nyeri otot, kelelahan, sakit kepala, pilek, mual, kehilangan indra penciuman/perasa, hingga diare. Angka kematian dan perawatan rumah sakit orang yang tertular Omicron lebih rendah dibandingkan Delta. Bagi kelompok rentan, yakni penyandang disabilitas dan lansia dengan komorbid, bila tertular kedua varian ini akan berdampak pada perawatan rumah sakit yang sedang hingga serius dan berisiko kematian.
Klik gambar untuk memperbesar.