Mencegah Penyebaran Penyakit Menular, AIHSP dan Jateng Kembangkan Modul Komunikasi Risiko
Dipublikasikan pada 28 Mei 2024
Dalam upaya memperkuat pesan komunikasi, informasi, dan edukasi dalam pencegahan penyakit menular guna peningkatan ketahanan kesehatan nasional di Indonesia, Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bersama anggota forum One Health[1] di Jawa Tengah mengembangkan pendekatan ‘Komunikasi Risiko’ untuk mengkomunikasikan perubahan perilaku yang dapat menekan dan menanggulangi penyebaran COVID-19 dan penyakit zoonosis.[2]
Pendekatan komunikasi risiko yang diperkenalkan AIHSP ini mendapat sambutan baik dari Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jawa Tengah melalui Pelaksana Program Keluarga Harapan (PPKH). Tim PPKH Provinsi Jawa Tengah mengadopsi metode teknis komunikasi risiko ke dalam bentuk modul/panduan tentang ‘Pencegahan COVID-19 dan Penularan Penyakit Zoonosis’ untuk dijadikan bahan forum dalam Pertemuan Peningkatan Pertemuan Keluarga (P2K2)―program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang layanan kesehatan dasar, pendidikan, dan kesejahteraan sosial bagi para penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH)―di Jawa Tengah.
Dalam penyusunan modul, AIHSP berkolaborasi bersama Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Tengah―khususnya Dinsos (dipimpin oleh tim PPKH)―untuk menyasar kegiatan keluarga penerima manfaat (KPM) PKH. Selain PPKH dan Dinsos, kolaborasi tersebut melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH), serta Bappeda. Modul yang dikembangkan kemudian digunakan secara mandiri untuk diintegrasikan ke dalam materi yang digunakan dalam forum P2K2, khususnya oleh para fasilitator PKH guna melengkapi pengetahuan mereka sehingga dapat meningkatkan pemahaman penerima manfaat PKH terhadap risiko penyakit menular seperti COVID-19 dan penyakit zoonosis―rabies, anthrax[3], atau penyakit menular yang disebabkan oleh hewan lainnya. Dengan keterlibatan tim PPKH, modul ini diharapkan dapat memberi informasi yang memadai kepada kelompok masyarakat penerima manfaat PKH, khususnya perempuan dan keluarga kurang mampu.
Beberapa fasilitator PKH Kabupaten Magelang juga terlihat menghadiri lokakarya penyusunan modul di Provinsi Jawa Tengah untuk kemudian berbagi ilmu yang mereka peroleh kepada fasilitator PKH di tingkat kecamatan. Seperti awal Februari 2023 yang lalu, beberapa fasilitator PKH Kabupaten Magelang melatih fasilitator PKH di Kecamatan Grabag dengan menggunakan metode pelatihan interaktif―berupa foto-foto, ilustrasi gambar, dan lagu―yang memudahkan peserta pelatihan memahami informasi penyakit zoonosis.
Fasilitator PKH di tingkat kecamatan inilah yang menjadi pelaksana kunci yang akan menyampaikan informasi serupa kepada anggota keluarga penerima manfaat PKH di sesi P2K2 yang diselenggarakan di rumah-rumah penerima PKH. Dalam sesi tersebut, fasilitator PKH juga berinisiatif menyampaikan materi edukasi menggunakan bahasa daerah setempat. Inisiatif ini diyakini akan mempermudah pemahaman pesan dan informasi yang disampaikan kepada peserta P2K2 yang sebagian besarnya terdiri dari perempuan dan lansia.
Peran Perempuan untuk Mencegah Penyakit dalam Keluarga
Keterlibatan perempuan dalam komunikasi risiko untuk pencegahan dan pengendalian COVID-19 dan zoonosis ini pun mendapat dukungan khusus dari tim GEDSI (Gender Equality, Disability and Social Inclusion) dari AIHSP yang berkesempatan mengikuti langsung kegiatan pelatihan pelaksanaan P2K2 di Magelang. Tim GEDSI dilibatkan untuk memastikan modul komunikasi risiko disusun secara inklusif sehingga mudah dipahami oleh para penerima informasi, termasuk kelompok perempuan dari keluarga kurang mampu dan marjinal, sesuai dengan fokus utama AIHSP tahun 2023 yang menekankan pada kesetaraan gender.
Sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam keluarga, perempuan diharapkan mampu secara intensif mengelola dan menyampaikan informasi sehari-hari kepada anggota keluarga maupun tetangga mereka. Oleh karena itu, berbagai informasi kesehatan terkait COVID-19 dan zoonosis (rabies, leptospirosis, dan antraks) dapat diperluas melalui pola informasi yang digunakan kelompok perempuan dan anggota keluarga mereka, dengan memanfaatkan keterlibatan perempuan dalam sesi P2K2 tersebut. Rangkaian kegiatan yang diberikan memang ditujukan untuk membuka akses informasi kesehatan bagi masyarakat penerima manfaat PKH―yang notabene berasal dari keluarga miskin―sehingga mereka lebih mungkin berpartisipasi aktif dalam mengetahui potensi risiko dan dapat memiliki kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular yang disebabkan oleh hewan peliharaan maupun hewan di sekitar lingkungan rumah mereka―seperti kucing, tikus, dan sapi.
Materi komunikasi risiko dengan metode pelatihannya untuk penyakit menular (seperti COVID-19 dan zoonosis) yang disiapkan oleh AIHSP diharapkan akan menjangkau 1,6 juta keluarga miskin di Jawa Tengah yang sebagian besarnya terdiri dari perempuan miskin. Diharapkan juga dengan penguatan akses informasi, edukasi, dan layanan komunikasi yang ditargetkan pada kelompok marjinal akan berkontribusi besar dalam menekan penyebaran penyakit menular di Indonesia―terutama bagi kelompok perempuan dari keluarga kurang mampu.
[2] penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Zoonosis disebabkan oleh mikroorganisme parasit yang dapat berupa bakteri, virus, jamur, serta parasit seperti protozoa dan cacing, seperti Malaria, DBD, Anthrax, dsb
[3] penyakit infeksi yang menular dari hewan ternak yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang hidup di tanah. Bakteri ini dapat menyerang hewan pemakan rumput, seperti sapi, kambing, domba, dan kuda.