Ketangguhan Penyandang Disabilitas dalam Bisnis Beternak Ayam
Dipublikasikan pada 4 Maret 2024
Perjalanan I Gusti Ngurah Kade, dari mengkoordinasikan upaya vaksinasi COVID-19 untuk penyandang disabilitas hingga berhasil beralih ke beternak ayam, menyoroti adaptabilitas dan ketangguhan individu dengan disabilitas. Gusti Ngurah Kade, Kepala Pertuni Kabupaten Jembrana, menjadi sosok kunci dalam berbagai inisiatif yang digerakkan oleh Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP). Peran aktifnya terlihat dari koordinasinya dalam upaya vaksinasi COVID-19 pada tahap akhir, khususnya untuk penyandang disabilitas, yang mencerminkan komitmennya terhadap inklusivitas dalam layanan kesehatan. Tak hanya itu, Ngurah juga turut berperan penting dalam menyebarkan informasi vital seputar rabies di kalangan individu dengan disabilitas.
Meski dilahirkan dengan penglihatan rendah dan mengalami kebutaan selama puluhan tahun, Ngurah tidak gentar menghadapi tantangan pendidikan. Ia hanya menyelesaikan Sekolah Dasar hingga Kelas 5 akibat akses terbatas ke sumber belajar. Diperkenalkan kepada pusat pelatihan keterampilan di bawah Kantor Sosial oleh orangtuanya, Ngurah kemudian mengejar kursus pemijatan yang menjadi pekerjaan utamanya selama bertahun-tahun.
Di tengah kebijakan jarak fisik selama pandemi, Ngurah bersama istrinya, yang juga memiliki keterbatasan penglihatan, mengalami penurunan pesanan pijatan. Hal ini mendorong mereka untuk mencari sumber pendapatan alternatif. Ngurah belajar beternak ayam dari teman-temannya dan memutuskan untuk terjun ke dalam usaha tersebut. Dengan meminjam dana dari pemerintah, ia memulai usaha beternak ayam, mengurusi segala hal mulai dari perancangan kandang hingga penumbuhan dan penjualan ayam-ayam tersebut.
Seiring berkurangnya permintaan akan layanan pijat, beternak ayam pun menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga Ngurah selama pandemi. Pendapatan tambahan ini memberikan kesempatan kepada Ngurah dan istrinya untuk menyekolahkan dua putranya. Putra tertua berhasil menyelesaikan diploma dan kini bekerja di sebuah hotel di Denpasar, sementara yang lebih muda duduk di kelas dua sekolah dasar.
Ngurah dan istrinya bersama-sama mengelola bisnis ayam mereka. Ngurah bertanggung jawab memberi makan ayam dan mengumpulkan informasi tentang harga pasar, sementara istrinya menangani persiapan makanan, memberikan vitamin untuk ayam, dan membersihkan kandang. Ngurah mengandalkan indera perabaannya untuk menilai pertumbuhan ayam dan kesiapan untuk dijual. Meski demikian, saat ini ia masih kekurangan informasi terkait kesehatan ayam dan dukungan pemerintah yang tersedia.
Dengan Hari Disabilitas Internasional yang bersamaan dengan status legalitas baru Pertuni, Ngurah membayangkan adanya perbaikan di masa depan untuk mendapatkan dukungan lebih baik bagi kegiatan yang memberikan manfaat bagi penyandang disabilitas. Ia berharap usaha beternak ayamnya terus berkembang, memberikan pendapatan berkelanjutan, terutama ketika usianya semakin tua dan layanan pijat pada malam hari menjadi berkurang. Ngurah menyampaikan apresiasi mendalam atas hubungan berkelanjutan dengan AIHSP dan berharap kelanjutan ini akan terus berperan penting dalam menyongsong masa depan yang lebih cerah bagi individu dengan disabilitas.