AIHSP Mendukung Pengendalian Rabies di NTT

Dipublikasikan pada 4 Maret 2024

Gambar Pembuka

img-kc-a040

Kasus rabies pertama kali dilaporkan muncul di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), bagian barat Pulau Timor pada bulan Mei 2023, yang memicu respons darurat oleh otoritas kabupaten setempat dengan dukungan dari provinsi NTT.

Kasus rabies pertama kali dilaporkan muncul di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), bagian barat Pulau Timor pada bulan Mei 2023, yang memicu respons darurat oleh otoritas kabupaten setempat dengan dukungan dari provinsi NTT.  Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) telah memberikan dukungan yang kuat dalam respons darurat ini dengan memberikan bantuan teknis, pelatihan dalam penanganan dan vaksinasi anjing, serta merancang materi komunikasi untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi risiko rabies. Selain itu, AIHSP juga mengkoordinasikan dukungan dari proyek-proyek Australia lainnya dan mendapat dukungan langsung dari Pemerintah Australia. Mereka juga membantu memfasilitasi dukungan dari lembaga-lembaga internasional.

Peta yang menunjukkan penyebaran kasus Rabies pada manusia dan hewan di NTT, data per 8 Februari 2024

img-kc-a040a

Peta yang menunjukkan penyebaran kasus Rabies pada manusia dan hewan di NTT, data per 8 Februari 2024 (tercatat oleh Dinas Peternakan menggunakan iSIKHNAS).

Respons awal terhadap kasus rabies ternyata tidak cukup untuk mengatasi masalah di Pulau Timor. Rabies kini telah menyebar ke tiga kabupaten, mengancam daerah yang tersisa di bagian barat Pulau Timor. Untuk mengatasi situasi yang semakin parah, pada bulan November 2023, dibentuklah satuan tugas darurat rabies yang terpadu, yang mulai beroperasi pada awal tahun 2024. AIHSP telah bekerja sama dengan satuan tugas ini di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten untuk merumuskan rencana operasional guna mengendalikan dan memberantas rabies secara bertahap. Selain itu, AIHSP juga membantu mendapatkan dukungan teknis tambahan dari Mission Rabies, sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang memiliki keahlian khusus dalam mengendalikan rabies. Mission Rabies memberikan pelatihan dalam penanganan anjing dan manajemen vaksin, serta memperkenalkan sebuah aplikasi pemetaan penyakit dan prioritas operasional yang terintegrasi dengan baik dengan sistem iSIKHNAS. Langkah-langkah ini telah secara signifikan meningkatkan kemampuan petugas kesehatan hewan untuk menyampaikan program pengendalian rabies yang efektif.

Upaya menghapus ancaman rabies terhadap kesehatan masyarakat merupakan tujuan utama di NTT. Diketahui bahwa untuk memerangi penyakit ini, rabies harus dihilangkan dari populasi anjing melalui vaksinasi massal. AIHSP telah bekerja sama dengan staf nasional dan akademisi dari Politeknik Pertanian Negeri Kupang untuk mengembangkan skenario pengendalian penyakit yang memodelkan opsi pengendalian penyakit dan efisiensi ekonominya (analisis manfaat-biaya). Model skenario ini digunakan untuk mengadvokasi komitmen sumber daya yang cukup untuk mengatasi rabies dalam jangka pendek serta mencegah ancaman jangka panjang terhadap kesehatan manusia dan mengurangi biaya pengendalian yang tidak efektif secara berkelanjutan.

Bagikan Tautan